Pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi peserta didik yang dapat mengancam kesehatan fisik dan jiwanya. Tidak sedikit anak yang menunjukkan perilaku tidak sehat, seperti lebih suka mengkonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi lemak, gula, garam, rendah serat, meningkatkan risiko hipertensi, diabetes melitus dan obesitas, dan sebagainya. Apalagi sebelum makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan masukkan bibit penyakit ke dalam tubuh. Selain itu meningkatnya perokok pemula, usia muda, atau usia peserta didik sekolah sehingga risikonya akan mengakibatkan penyakit degeneratif. Perilaku tidak sehat lainnya yang mengkhawatirkan adalah melakukan pergaulan bebas, sehingga terjerumus ke dalam penyakit masyarakat seperti penggunaan narkoba atau tindakan kriminal. Apalagi perilaku tidak sehat ini, disebabkan lingkungan yang tidak sehat, seperti kurang bersihnya rumah, sekolah, atau lingkungan masyarakatnya.
Tantangan lain tentang perilaku tidak sehat muncul dari diri peserta didik sendiri. Aktifitas fisik mereka kurang bergerak, olahraga pun kurang, malas sehingga tidak bergairah baik di rumah maupun di sekolah. Peserta didik pun cenderung lebih menyukai dan banyak menonton televisi, bermain video games, dan play station, sehingga mengakibatkan fisiknya kurang bugar. Akibatnya mereka rentan mengalami sakit dan berisiko terhadap berbagai penyakit degeneratif di usia dini. Untuk itu diperlukan fasilitas dan program pendidikan jasmani atau olah raga yang memadai dan terprogram dengan baik di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitar. Hal ini sangat mendukung dan memungkinkan peserta didik untuk bergerak, berkreasi, dan berolah raga dengan bebas, menyenangkan dan bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran fisiknya. Kesehatan fisik peserta didik berkorelasi positif terhadap kematangan emosi sosialnya. Guru atau orang tua perlu memberikan bekal yang penting bagi peserta didik yaitu menciptakan kematangan emosi-sosialnya agar dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademik. Peserta didik pun akan mampu mengendalikan stress yang dialaminya, karena jika stress tidak dikendalikan akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan akan menjadi kendala untuk keberhasilan belajarnya.
Untuk menghadapi berbagai tantangan yang dapat mengancam kesehatan fisik dan jiwanya tersebut sekolah memiliki peran yang penting untuk menciptakan dan meningkatkan kesehatan peserta didik. Upaya yang dilakukan antara lain dengan menciptakan lingkungan “Sekolah Sehat” (Health Promoting School/HPS) melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Konsep inilah yang oleh Badan Kesehatan Dunia WHO disebut HPS (Health Promoting Schools) atau Sekolah Promosi Kesehatan sehingga “a health setting for living, learning and working” dengan tujuan (goal) “Help School Become Health Promoting Schools”.
Menurut WHO (Depkes, 2008), terdapat enam ciri utama sekolah yang dapat mempromosikan atau meningkatkan kesehatan, yaitu :
- Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah, yaitu peserta didik, orang tua, dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di masyarakat.
- Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan aman, meliputi sanitasi dan air yang cukup, bebas dari segala macam bentuk kekerasan, bebas dari pengaruh negatif dan penyalahgunaan zat-zat berbahaya, suasana yang mempedulikan pola asuh, rasa hormat dan percaya. Diciptakannya pekarangan sekolah yang aman, adanya dukungan masyarakat sepenuhnya.
- Memberikan pendidikan kesehatan dengan mengembangkan kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif terhadap kesehatan, serta dapat mengembangkan berbagai keterampailan hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial. Selain itu, memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun orang tua.
- Memberikan akses (kesempatan) untuk dilaksanakannya pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu penyaringan, diagnosa dini, pemantauan dan perkembangan, imunisasi, serta pengobatan sederhana. Selain itu, mengadakan kerja sama dengan puskesmas setempat, dan mengadakan program-program makanan begizi dengan memperhatikan keamanan makanan.
- Menerapkan kebijakan-kebijakan dan upaya-upaya strategis di sekolah untuk mempromosikan atau meningkatkan kesehatan yaitu kebijakan yang didukung oleh seluruh staf sekolah termasuk mewujudkan proses pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang sehat bagi seluruh masyarakat sekolah. Kebijakan berikutnya memberikan pelayanan yang ada untuk seluruh peserta didik. Selain itu kebijakan-kebijakan penting lainnya adalah konsumsi/perilaku rokok, penyalahgunaan narkotika termasuk alkohol serta pencegahan segala bentuk kekerasan/pelecehan.
- Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan cara memperhatikan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat. Cara lainnya berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat.
Upaya mengembangkan Sekolah Sehat (Health Promoting School (HPS) melalui program UKS perlu disosialisasikan dan dilakukan dengan baik. melalui pelayanan kesehatan (yankes) yang didukung secara mantap dan memadai oleh sektor terkait lainnya, seperti partisipasi masyarakat, dunia usaha, dan media massa. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran harus menjadi HPS, yaitu sekolah yang dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya. Upaya ini dilakukan karena sekolah memiliki lingkungan kehidupan yang mencerminkan hidup sehat. Selain itu, mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal, sehingga terjamin berlangsungnya proses pembelajaran dengan baik dan terciptanya kondisi yang mendukung tercapainya kemampuan peserta didik untuk beperilaku hidup sehat. Semua upaya ini akan tercapai bila sekolah dan lingkungan dibina dan dikembangkan. Pembinaan lingkungan sekolah sehat dilakukan melalui pemeliharaan sarana fisik dan lingkungan sekolah, melakukan pengadaan sarana sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat, melakukan kerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah yang mengandung lingkungan besih dan sehat, dan melakukan penataan halaman, pekarangan, apotik hidup dan pasar sekolah yang aman.
Upaya lain yang dilakukan dalam pembinaan lingkungan sekolah sehat dan promosi gaya hidup sehat melalui pendekatan life skills education atau pendidikan kecakapan hidup. Setiap individu akan mengalami kehidupan yang sehat fisik dan mentalnya apabila dapat menuntaskan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan usianya. Implikasi tugas perkembangan ini terhadap pendidikan adalah bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan perlu disusun struktur kurikulum yang muatannya dapat memfasilitasi perkembangan kesehatan sebagai suatu kecakapan hidup (life skills). Kecakapan hidup adalah kecakapan yang diperlukan untuk hidup. yang meliputi pengetahuan, mental, fisik, sosial, dan lingkungan untuk mengembangkan dirinya secara menyeluruh untuk bertahan hidup dalam berbagai keadaan dengan berhasil, produktif, bahagia, dan bermartabat.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Selain itu, dapat membantu seseorang menarik keputusan yang tepat, berkomunikasi secara efektif, dan membangun keterampilan mengelola diri sendiri yang dapat membantu mereka mencapai hidup yang sehat dan produktif. Sedangkan UNICEF memberikan definisi tentang kecakapan hidup yang merujuk pada kecakapan psiko-sosial dan interpersonal yang dapat membantu orang untuk mengambil keputusan yang tepat, berkomunikasi secara effektif, memecahkan masalah, mengatur diri sendiri, dan mengembangkan sikap hidup sehat dan produktif.
Pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas konsep bahwa peserta didik perlu learning to be (belajar untuk menjadi), learning to learn (belajar untuk belajar) atau learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to live with others (belajar untuk hidup bersama), dan learning to do (belajar untuk melakukan). Berdasarkan konsep ini, kecakapan hidup terbagi atas empat kategori yaitu kecakapan hidup personal learning to be), kecakapan hidup social (learning live with others), kecakapan hidup akademik (learning to learn/ learning to know), dan kecakapan hidup vokasional (learning to do).
Kecakapan personal (personal skill), meliputi kecakapan dalam memahami diri (self awareness skill) dan kecakapan berfikir (thinking skill). Bagi peserta didik mempraktekkan kecakapan personal penting untuk membangun rasa percaya diri, mengembangkan akhlak yang mulia, mengembangkan potensi, dan menanamkan kasih sayang dan rasa hormat kepada orang lain. Kecakapan sosial (social skill), meliputi kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerja sama (collaboration skill). Mempraktekkan kecakapan sosial penting untuk membantu peserta didik mengembangkan hubungan yang positif, secara konstruktif mengelola emosi dan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan yang menguntungkan masyarakat. Kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual. Mempraktekkan kecakapan akademik penting untuk membantu peserta didik memperoleh kecakapan ilmiah, teknologi dan analitis yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam lembaga pendidikan formal dan tempat kerja. Kecakapan vokasional (vocational skill) atau kemampuan kejuruan terbagi atas kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill). Mempraktekkan kecakapan vokasional penting untuk membekali peserta didik dengan kecakapan teknis dan sikap yang dituntut oleh perusahaan atau lembaga yang menyediakan lapangan kerja.
Keempat jenis kecakapan hidup itu menghasilkan individu yang memiliki kesehatan jasmani dan rohani, lahir atau bathin yang diperlukan untuk bertahan dalam lingkungan apa pun. Peserta didik memiliki kemampuan untuk memanfaatan semua sumber daya secara optimal, sehingga akan meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas hidupnya. Kecakapan hidup yang diperoleh oleh peserta didik melalui proses belajar bukan terjadi begitu saja, dapat dipraktekkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya dengan diberi contohnya oleh guru, orang tua dan anggota masyakarat. Kecakapan hidup membantu peserta didik secara positif dan adaptif mengatasi situasi dan tuntutan hidup sehari-hari. Untuk itu sekolah mengembangan kecakapan hidup peserta didik antara lain menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, bekerja sama dengan masyarakat menyediakan berbagai keperluan sekolah menciptakan dan meningkatkan kesehatan peserta didiknya, baik fisik maupun non fisik.
Di Indonesia, bentuk promosi kesehatan di sekolah adalah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dan sekaligus UKS merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat disekolah. Selain itu populasi anak sekolah didalam suatu komunitas memiliki persentasi yang paling besar, dimana hampir setiap harinya telah terjadi interaksi diantara anggota komunitas sekolah selama 4-8 jam. Atas dasar hal tersebut, selain untuk menciptakan kondisi sekolah yang sehat serta agar dapat menunjang proses belajar mengajar yang maksimal sehingga kegiatan promosi atau pendidikan kesehatan di sekolah perlu dilakukan.
Promosi kesehatan di sekolah merupakan langkah yang strategis dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa Promosi kesehatan melalui komunitas sekolah ternyata paling efektif diantara upaya kesehatan masyarakat yang lain, khususnya dalam pengembangan perilaku hidup sehat, karena: 1). Anak usia sekolah (6 tahun – 18 tahun) mempunyai persentasi yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok umur yang lain, 2). Sekolah merupakan komunitas yang telah terorganisasi, sehingga mudah dijangkau dalam rangka pelaksanaan usaha kesehatan masyarakat, 3). Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat potensial untuk menerima perubahan atau pembaruan, Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap stimulasi sehingga mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan hidup sehat.
Mahasiswa Minat Perilaku dan Promosi Kesehatan, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UGM pada tahun 2011 melaksanakan perkuliahan Konsentasi Promosi Kesehatan di Sekolah. Salah sekolah yang menjadi menjadi praktek lapangan adalah SMP Negeri 5 Depok-Sleman Yogyakarta.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5 Depok adalah salah satu sekolah berstandar Nasional terletak di jalan Weling karanggayam Catur Tunggal Kecamatan Depok Kabupaten Sleman-Yogyakarta. Jumlah guru pengajar sebanyak 24 orang dan pegawai tata usaha (TU) sebanyak 9 orang. Bangunan sekolah berlantai 3 dengan fasilitas laboratorium (IPA dan Komputer), perpustakaan, lapangan basket, kantin, mushollah, studio music dan hotspot. Selain itu kegiatan ekstrakurikuler siswa adalah pramuka dan pleton inti.
Sekolah menengah pertama (SMP) negeri 5 depok memiliki visi dan misi sebagai arah dan strategi pembangunan dan pengembangan sekolah yang berdaya saing, unggul dan professional. Adapun visi SMP negeri 5 depok adalah santun dalam laku, unggul dalam ilmu, tangguh dalam iman, terampil dalam karya, sedangkan misi-nya adalah : 1). Mengimplementasikan Budaya TIGA S TOMAT ( 3 S = senyum, salam, sapa) (TOMAT = membiasakan kata-kata tolong, maaf, dan terima kasih) dalam kehidupan sehari-hari, terutama di lingkiungan sekolah, 2). Setiap pagi, guru menyambut kehadiran para peserta didik dengan bersalaman di gerbang sekolah, 3). Memberlakukan point skor negatif kepada peserta didik yang melanggar tartib sekolah, agar berupaya mentaati tatib sekolag, dan memberikan hadiah kepada peserta didik yang berprestasi, 4). Melaksanakan proses pembelajaran kreatif, inovatif, kreatif, efaktif, dan menyenangkan (PAIKEM), 5). Memberdayakan IT untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran, termasuk di dalamnya perluasan akses internet dengan hotspot area, pembelajaran berbasis elektronok (E-Learning), Ruang Multimedia, Lab. 6. Komputer, perpustakaan, lab. IPA, dll), 6). Melaksanakan kegiatan remidial teaching, les pada sore hari, dan pembimbingan terhadap peseerta didik yang ada hambatan belajar, 7). Melaksananakan pembelajaran agama, pembinaan kerohanian secara rutin, praktek sholat dhuhur dan sholat Jum,at secara bergantian, 8). Memperingati harti-hari besar agama, untuk memperkuat keimanan peserta didik, dan warga sekolah, dan 9). Melaksanakan pelajaran Pengembangan diri, dan ekstra kutikuler sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dumiliki peserta didik.
Kegiatan promosi kesehatan di sekolah diawali dengan dilakukannya telaah Laporan Hasil Kegiatan Promosi Kesehatan karyasiswa MPPK UGM tahun 2010. Dari telaah laporan tersebut didapatkan data dn informasi mengenai masalah kesehatan yang di SMP Negeri 5 Depok. Adapun prioritas masalahnya adalah Kesehatan Reproduksi. Selanjutnya dilakukan need assessment kesehatan reproduksi dan masalah kesehatan lainnya di SMP negeri 5 Depok. need assessment dilakukan dengan metode wawancara dan observasi. Wawancara dilkukan terhadap kepala sekolah, guru BP/konseling, tutor sebaya dan Siswa. Sedang observasi bertujuan untuk mengetahui pemanfaat media promosi kesehatan di sekolah seperti poster, majalah dinding, spanduk, leaflet, dan lain-lainnya.
Dari hasil wawancara terhadap beberapa informan kunci, didapatkan data dan informasi sebagai berikut : Pihak sekolah pada intinya mendukung kegiatan promosi kesehatan di sekolah, terutama peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa. Di SMP negeri 5 juga telah memiliki tutor sebaya atau tutor sebaya yang sampai saat ini masih ada namun belum optimal menjalan tugas dan fungsinya. Tutor sebaya ini di latih pada tahun 2010 oleh mahasiswa MPPK UGM. Jumlah peer ecucator sebanyak 21 orang siswa, yang terdiri dari 9 laki-laki dan 12 perempuan. Saat Tutor sebaya telah memasuki kelas 9 atau kelas 3 sehingga berkurang kegiatan penyuluhan terhadap teman sebayanya. Pihak sekolah juga menganggap perlu ditingkatkan penyampaian informasi kesehatan melalui media-media promosi kesehatan seperti poster, leaflet, majalah dinding (MADING), stiker dan lainya.
Hasil wawancara terhadap tutor sebaya didapatkan informasi bahwa tutor sebaya dalam menyampaikan informasi kesehatannya kepada siswa kurang mendapatkan tanggapan positif. Seperti siswa tidak mendengarkan penyampaian dari Tutor sebaya, siswa tidak aktif bertanya, bahkan sebagai beranggapan pengetahuan tutor sebaya masih kurang. Tutor sebaya juga merasa pengetahuannya minim tentang masalah kesehatan lainnya seperti bahaya merokok, narkoba, HIV/AIDS, PHBS dan lain sebaginya. Minimnya pengetahuan tersebut sering membuat tutor sebaya tidak percaya diri dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan oleh teman siswa itu sendiri. Tutor sebaya ( peer educator) berpendapat bahwa minimnya media promosi kesehatan sehingga menjadi kendalan dalam menyampaian penyuluhan kesehatan kepada siswa.
Hasil wawancara dengan siswa di dapatkan informasi bahwa pelajaran atau materi tentang kesehatan reproduksi di sekolah diajarkan oleh guru biologi dan materi yang disampaikan cukup mendalam. Materi yang selalu pernah diajarkan adalah organ - organ tubuh manusia. Siswa juga berpendapat bahwa materi kesehatan reproduksi masih dibutuhkan, namun pengetahuan kesehatan umum lainnya juga perlu untuk disampaikan/informasikan kepada siswa seperti bahaya merokok, narkoba, HIV/AIDS, PHBS, gizi yang baik untuk siswa, dan lan sebagainya. Siswa juga berpendapat bahwa perlu diadakan media-media promosi kesehatan seperti poster, leaflet, majalah dinding, stiker dan lainya, karena disekolah masih kurang dengan media-media promosi kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya keterampilan tutor sebaya dalam menyampaian penyuluhan kesehatan kepada siswa.
2. Minimnya pengembangan media promosi kesehatan di sekolah seperti poster, leaflet, spanduk sebagai sarana untuk menyampaian informasi kepada siswa.
3. Belum maksimalnya dukungan dan peran aktif komite sekolah serta pihak potensial lainnya terhadap sustainability program kesehatan remaja di sekolah.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tutor sebaya melalui pelatihan, pengembangan media dan advokasi kepada komite sekolah untuk sustainanbility program kesehatan remaja di SMP negeri 5 depok sleman.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan tutor sebaya tentang kesehatan remaja
b. Meningkatkan keterampilan tutor sebaya dalam melaksanakan tugasnya memberikan penyuluhan dan konsultasi kesehatan remaja bagi teman sebayanya di sekolah
c. Mengembangkan media promosi kesehatan melalui poster sebagai sarana infomasi kesehatan remaja di sekolah
D. Manfaat
1. Sekolah
a) Terciptanya perilaku hidup sehat oleh siswa SMP Negeri 5 Depok dengan kegiatan-kegiatan kesehatan di sekolah
b) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa SMP Negeri 5 Depok dalam penyampaian informasi kesehatan reproduksi pada teman sebaya
2. Siswa Karya
a) Pembelajaran berharga dalam merencanakan dan meleksanakan promosi kesehatan di sekolah
b) Sebagai latihan soft skill dalam pendidikan kesehatan
E. Sasaran
1. Sasaran Primer
Siswa SMP Negeri 5 Depok
2. Sasaran Sekunder
Kepala Sekolah, Guru SMP Negeri 5 Depok dan Puskesmas Depok 3 Kab. Sleman
1 komentar:
cantumin referensinya dong
Posting Komentar