Minggu, 11 Desember 2011

KESEHATAN DAN TUJUAN PEMBANGUNAN MILLENIUM

 

Kesepakatan global yang terdiri dari 189 negara termasuk Indonesia bertekad untuk menghapuskan kemiskinan, keterbelakangan dan ketertinggalan di dunia dalam era millenium. Kesepakatan global ini merumuskan target-target yang akan dicapai sampai  dengan tahun 2015, yang dirumuskan dalam 8 “Tujuan Pembangunan Milenium” atau “Millenium Development Goals” yakni : (Biran Affandi, 2006)
1. Pemberantasan kemiskinan dan kelaparan
2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
4. Menurunkan angka kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya
7. Menjamin keberlanjutan hidup
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan


Delapan tujuan pembangunan millenium tersebut sebenarnya sasaran akhirnya adalah pengembangan kualitas sumber daya manusia. Dari 8 target atau tujuan pembangunan millenium ini adalah merupakan sasaran antara pembangunan kualitas sumber daya manusia.
Selanjutnya dari target-target dalam rangka mewujudkan kualitas SDM tersebut, 4 target diantaranya adalah berkaitan dengan sektor kesehatan. Dari kesepakatan global tentang pembangunan millenium tersebut dapat dilihat betapa pentingnya peran kesehatan dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia sebagai aset utama pembangunan suatu bangsa.
Pada akhir abad ke 20 terjadi pergeseran paradigma pembangunan, dari paradigma pembangunan ekonomi ke paradigma pembangunan baru, yakni paradigma pembangunan sumber daya manusia. Dalam paradigma pembangunan lama, ekonomi merupakan panglima pembangunan, dimana keberhasilan pembangunan ditentukan oleh perkembangan ekonomi yang diukur dari meningkatnya pendapatan per kapita. Dalam paradigma pembangunan baru, maka secara bersama-sama antara ekonomi, kesehatan, dan pendidikan merupakan penentu untuk mencapai kualitas sumber daya manusia. Selanjutnya kualitas sumber daya manusia merupakan indikator pembangungan bangsa. Namun demikian, apabila kita simak dari tujuan pembangunan millenium, kesehatan memegang posisi kunci.
Kelemahan apabila keberhasilan pembangunan diukur dengan menggunakan parameter ekonomi, khususnya pendapatan per kapita sebagai indikatornya, tidak akan mencerminkan pemerataan dan keadilan. Karena dengan tingginya pendapatan per kapita suatu bangsa, belum dijamin terwujudnya kesejahteraan bagi seluruh anggota masyarakat.
Oleh sebab itu paradigma ekonomi ini oleh Program Pembangunan PBB (United Nation Development Programes) digeser ke paradigma baru yakni paradigma pembangunan sumber daya manusia. Dalam paradigma pembangunan Sumber Daya Manusia ini keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur dari income per kapita, melainkan dengan menggunakan indeks kualitas sumber daya manusia atau “Human Development Index” (HDI).
Selanjutnya HDI ini ditentukan oleh 3 komponen utama, yakni pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Pendidikan diukur dari tinggi rendahnya rata-rata tingkat pendidikan penduduk, kesehatan diukur antara lain dari angka harapan hidup (life expectancy), Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu karena melahirkan, dan sebagainya. Sedangkan perkembangan ekonomi diukur dari income per kapita. Dengan menggunakan HDI, Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) melakukan penelitian pada tahun 2002, dan hasilnya posisi Indonesia berada di peringkat 111 dari 177 negara anggota PBB. Di Asia Tenggara sendiri, kualitas SDM Indonesia berada di peringkat ke 6 dari 10 anggota Asean (Indonesia Health Profiles, 2005).
Melihat setiap komponen indeks kualitas SDM Indonesia dewasa ini, indikator bidang kesehatan antara lain angka harapan hidup rata-rata (life expectancy) bangsa Indonesia sudah mencapai 67,6 tahun, dibandingkan dengan Singapura yang paling tinggi angka harapan hidup diantara negara-negara Asean 78,0 tahun. Di bidang pendidikan angka melek huruf orang dewasa (adult literacy) adalah 87,9 %, dibandingkan angka melek huruf diantara negara Asean yang paling tinggi adalah Brunei Darusalam 93,9%. Sedangkan, penduduk yang telah memasuki sekolah rata-rata (attendance school rate) 65% dibandingkan dengan Singapura yang paling tinggi di negara-negara Asean 87%. Sedangkan di bidang ekonomi, produk domestik kasar (gross domestic product atau GDP) sebesar US$ 3.230 per tahun, dibandingkan dengan GDP Singapura US$ 24.040 per tahun yang paling tinggi diantara negara-negara Asean.
Oleh sebab itu dalam rangka pembangunan Bangsa Indonesia dengan mengacu kepada paradigma pembangunan baru, maka 3 sektor tersebut, yaitu (pendidikan, kesehatan, dan ekonomi) harus memperoleh keseimbangan perhatian oleh pemerintah. Untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui sektor pendidikan, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang dituangkan dalam UU, yakni dengan mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari anggaran belanja negara, meskipun realisasi dari kebijakan ini masih jauh dari yang diharapkan. Sedangkan untuk meningkatkan peran sektor kesehatan dalam pembangunan bangsa adalah meningkatkan pelayanan kesehatan utamanya pelayanan preventif dan promotif, tanpa meninggalkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif

0 komentar:

Posting Komentar